Tuesday 13 August 2013

BAHAGIANYA TIDAK MEMILIKI KETURUNAN

Mungkin ini kalimat aneh. Tetapi, banyak orang yang tidak sadar bahwa mereka yang tidak punya keturunan sesungguhnya mendapatkan rahmat atau berkah dari Dia Yang Maha Tahu. Janganlah terpengaruh oleh pendapat masyarakat bahwa tidak punya keturunan adalah musibah.
Mengapa mesti mengacu pada pendapat masyarakat yang hanya merasa benar sendiri. Pendapat mayoritas belum tentu benar. Besar kemungkinan, pendapat mayoritas adalah suatu kebodohan. Mengapa? Karena saat ini mayoritas tidak cerdas. Semua masih berpijak pada kesadaran lahir. Koq bisa?
Lihat saja di sekitar kita. Apa yang dibangun dan dibesarkan.
Rumah?
Mobil mewah?
Pakaian bagus?
Semua darimana? Dari perolehan uang dengan mudah. Banyak orang yang ingin dapat uang secara instan untuk mengikuti trend mobil bagus, gadget modern, dan pakaian bagus dan mengabaikan hukum halal dan haram
Bagaimana mungkin bersandar pada pendapat masyarakat yang masih pada kesadaran fisik? Celaka yang tambah besar yang bakal dialaminya.
Tuhan Mahabijaksana. Dia lebih tahu kebutuhan kita dari pada pendapat masyarakat yang hanya bisa melihat kulit luar saja. Tuhan tahu bahwa ketika tidak lagi diberikan keturunan, besar kemungkinan kita diberikan kesempatan untuk mengurus diri sendiri. Mengurus yang bukan lagi berbentuk fisik duniawi. Jiwa adalah bagian diri yang mesti diurus. Siapa bilang jiwa urusan akherat?
Jiwa yang lahir saat ini ke dunia adalah jiwa yang belum bebas dari penjara pikiran keduniawian. Saat tidak diberi keturunan, kita mesti berpikir lebih jauh. Apakah kita lahir hanya untuk menambah jumlah manusia di bumi yang sudah semakin sekarat? Bukankah dengan menambah jumlah manusia besar kemungkinan bisa lebih memperburuk keadaan?
Saat Tuhan tidak memberikan keturunan, semestinya bersyukur bahwa diberikan kelonggaran untuk berpaling ke arah yang lain, peningkatan keimanan jiwa. Membebaskan sang jiwa yang ada dalam diri dari keterikatan duniawi. Bukan kah ini berkah yang luar biasa?
Bukan kah Dia Yang Maha Tahu? Mengapa masih saja kita tidak bisa bersandar pada ke mahatahuan Nya? Lantas diletakkan dimana keyakinan kita terhadap keagungan Nya?
Jika kita yakin dan percaya pada keagungan Nya, tidak perlu mendengarkan pendapat sekitar kita. Anggap mereka yang berpendapat demikian justru tidak memahami kebesaran Nya. Mereka masih dalam kodisi jiwa yang tidak menyadari kemahatahuan Tuhan. Tanya saja pada mereka, apakah mereka bahagia memiliki anak?
Belum tentu kan... Apakah tidak pernah marah atau ngomel saat anaknya bandel? Apalagi jika anak yang dihasilkan jadi anggota geng motor atau narkoba, atau perzinaan.
Masih anggap berkah punya anak?
Masih menganggap beruntung punya anak?
Masih merasa diri lebih mulia dari wanita yang tidak punya anak?
Anak bukan untuk di ganggakan karena telah memilikinya tapi untuk selalu di usahakan dan di khawatirkan karena sudah dititipkanNya
Apa yang kita terima saat ini, itulah yang disyukuri. Itulah berkah. Jika Kesempatan ini tidak diberi keturunan segera digunakan untuk mengurusi jiwa mendekatkan diri pada Tuhan, mempertebal iman, menyantuni sesama..Bebaskan jiwa dari keterikatan duniawi. Berusahalah memiliki keturunan, tetapi jangan beputus asa jika tidak diberi.
Inilah Berkah untuk segera beralih dari kenyamanan duniawi ke kemuliaan jiwa di hadapan sang pencipta


sumber.Kompasiana.com

No comments:

Post a Comment